LOMBA GAMBAR DAN MEWARNA SUDAH IDEALKAH?
Keberadaan lomba yang tiap hari minggu hadir di kota metropolis ini seakan memberi makna anak kota ini yang kreatif, penuh fantasi, benarkah demikian? Lalu apakah karya sang pemenang sudah seperti yang diharapkan? Sejauh mana peran orang tua dan pembimbing dalam proses kreatif mereka? Sebenarnya bagaimanakah penilaian yang ideal dalam sebuah lomba?
Maraknya perlombaan gambar dan mewarnai yang hadir tiap minggu ternyata tidak serta merta menceriminkan nilai kreativitas dari sang anak. Sebab dari waktu ke waktu, sang juara cenderung mewarnai dengan cara yang seragam, gradasi! Salahkah? Tentu tidak sepenuhnya demikian, kesalahannya terletak pada sikap yang terlalu mengagungkan teknik tersebut sehingga menyebabkan miskinnya teknik dari gambar itu.
Dari segi bentuk juga demikian, karakter anak tidak sepenuhnya dapat mewakili dirinya, sebab lomba telah menyeret anak untuk menggambar instant, keseragaman menjadi sesuatu yang tak terelakkan.
Lahirnya teknik dan bentuk yang demikian sebenarnya tidak akan terjadi bila orang tua dan pembimbing lebih menggali potensi yang dimiliki anak. Sebab setiap anak memiliki karakter. Namun dalam kenyataannya anak sering menjadi robot orang tuanya, yang hanya memuaskan hatinya, menjadi kebanggaan semu.
Langkah bijaksana yang patut diambil orang tua, seyogyanya orang tua jangan memaksakan kehendak, lebih proporsional dalam melihat anak, mereka harus tumbuh wajar. Menggambar dan mewarnai bukan satu-satunya jalan untuk membuat orang tua bangga, mungkin ada cara lain untuk itu. Menggambar adalah salah satu jalan untuk membentuk anak kreatif, berprestasi dalam bidang ini menjadi hak bagi mereka yang memang pantas menyandangnya.
Bagaimana juri lebih bijaksana menilai sebuah lomba? Parahnya di kota ini, penilaian lomba gambar dan mewarnai cenderung mendewakan cara mewarnai belaka sehingga unsur seni rupa yang lain menjadi terlupakan. Ditambah lagi bila sang juri bukan orang seni rupa atau malah orang seni rupa yang punya kepentingan. Langkah bijaksana tentu dengan lebih memperhatikan proses kreatif secara keseluruhan dari anak.
Seorang juri seyogyanya bersifat obyektif. Dalam artian berada dalam posisi seseorang yang mengerti seni lukis, melihat semua unsur seni lukis. Tak mudah memang menciptakan sebuah lomba dengan penilaian yang ideal, yang mampu menjawab permasalahan ini hanya orang seni rupa (guru seni rupa) itu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar