Senin, 27 Oktober 2008

MEMBANGUN KREATIVITAS DENGAN MENGGAMBAR

Seorang anak kecil sedang asyik menggambar tentang binatang yang pernah dilihatnya di Taman Safari. Tidak beberapa lama sebuah gambar tercipta. Sebuah gambar yang bercitra anak-anak polos dan lugas tanpa terikat oleh pola kewajaran serta logika. Bebas begitu kira-kira kata-kata yang tepat. Bebas bukan berperilaku semaunya tetapi bebas dari bayangan nilai maupun pola yang telah biasa diterapkan secara umum dan menjadi baku dalam bentuk patokan-patokan standart. Dari kebebasan seperti inilah sebuah jiwa menjadi kreatif. Dari kebebasan semacam inilah kita memahami lukisan anak. Jadi kita tidak menilai dengan ukuran yang kita punyai, tidak menilai dengan kacamata kita, melainkan dengan kaca mata batin anak. Begitu uraian Rudy Isbandi dalam bukunya seni lukis anak.
Pada sisi yang lain seringkali kreativitas yang ditampilkan orang tua menjadi boomerang ketika seorang anak menjadi obyek saja. Wees Ipnu Savy atau kak Wees, pendongeng pernah berujar, “aktifitas yang niatnya mulia, yaitu memancing kreatifitas anak, seringkali diterjemahkan sebagai sebuah paksaan. Tanpa sadar kreatifitas yang diharapkan bisa muncul malah terbalik. Anak tak ubahnya robot kecil yang dikendalikan orang tua. Aktivitas yang dilakukannya atas selera orang tua. Sementara si anak tidak bisa menikmati aktifitasnya.
Membangun kreatifitas hendaknya disikapi sesuai dengan porsinya. Mengedepankan nilai yang benar-benar atas nama kreatifitas belaka. Bukan malah membenamkan nilai kreatifitas itu sendiri. Menciptakan anak kreatif mungkin itulah keinginan semua orang tua, tetapi kita harus sadar segala sesuatu dengan kewajaran akan menghasilkan kebahagiaan tiada tara bagi si anak .

Kamis, 23 Oktober 2008

MENANAMKAN SIKAP KREATIF PADA ANAK SEJAK DINI


Sikap kreatif cenderung dilupakan. Kegiatan kreatif sering dianggap menjadi sesuatu yang kurang bermanfaat, buang-buang waktu. Sementara apabila kegiatan itu berkaitan dengan yang berhubungan dengan logika, seperti belajar baca dan berhitung. Menjadi keharusan dalam program yang teratur Anak dituntut tunduk dan patuh.
Sebenarnya kegiatan yang berkaitan dengan kreatifitas (intuisi) dan logika seharusnya dapat berjalan seiring sehingga dapat meciptakan anak yang pintar sekaligus kreatif.
Lalu apakah pengertian kreatifitas itu? Pertama berdasarkan data atau informasi yang ada, mampu menemukan berbagai kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Kedua kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orosinalitas dalam berfikir, serta kamampuan untuk mengolaborasi (memperkaya mengembangkan,memperinci) gagasan.
Belahan otak kanan seperti apakah? Non verbal, intuisi, holistik, dan imajinatif .
Sikap kreatif akan berdampak positif dalam kegiatan anak. Sikap terbuka pada pengalaman baru, kebebasan bereksplorasi,menghargai fantasi, fleksibel, minat terhadap aktivitas kreatif, percaya pada gagasan sendiri serta keterlibatan diri.
Beberapa tips untuk orang tua agar anak menjadi kreatif adalah (1) ciptakan lingkungan rumah dimana anak merasa aman untuk mengungkapkan pendapat perasaan, dan sikapnya (ada kebebasan), (2) orang tua harus menghormati anak sebagai individu,menghargai keunikan anak (respek), (3) kedekatanemosi yang sedang-sedang saja, (4) hargai prestasi bukan angka (rangking), (5) orang tua harus menjadi model, (6) orang tua menunjang kegiatan anak, (8) orang tua menjadikan anak mandiri dan dapat mengambil keputusan, (9) orang tua sebagai fasilitator, (10) orang tua memberi pujian pada anak dan kurangi hukuman, (11) sering komunikasi dua arah dengan tehnik bertanya agar muncul rasa ingin tahu.

MOBILKU BAGUS YA?


Mengasah kreatifitas sebaiknya dimulai sejak dini, Ada banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya dengan menggambar, Kali ini mobil menjadi obyek untuk dijadikan sasaran kreatifitas anak-anak tercinta.
Pemahaman yang lumayan detail tentang mobil membuat gambar yang diciptakan menjadi menarik. Variasi dan modifikasi yang diciptakan punya daya tarik tersendiri. Seperti mobil karya Dominique Glenn (di samping kiri) yang cukup canggih dengan dilengkapi persenjataan pada bagian depannya. Kemudian Pada bagian pintu digital serta dilengkapi dengan morse-morse tertentu untuk membukanya Glenn menjelaskan. Lain lagi mobil Rendy Wibisono (di bawah), Berjenis bemo dengan roda tiganya. Yang lebih terkesan sebagai mobil petualang sejati, Rendy menuturkan pada bagian atas bisa menyimpan skoci, Asyik dan lucu juga mobilnya, Ya? Richard Nata memilih mobil dengan 3 pasang roda, bagian depan mobil terlihat panjang, Karena itu dilengkapi dengan roda tambahan.
Gian lebih menyukai mobil yang cocok di daerah pegunungan, Di desain jantan sejantan kuda yang lagi berlari di padang rumput. Lalu mobil mungil Futuristik buatan Hugo pantas digunakan diperkotaan. Menarik bukan? Ayo siapa yang mau buat mobil seperti mereka!
Jourdan lebih menyukai ciptakan mobil sport, Kata Jourdan kedua mobilnya bermerek Ford dan BMW. Kalau Juveus Mayo menggemari mobil yang bisa digunakan untuk perang, karena mobilnya dilengkapi senjata yang cukup besar bisa untuk menghancurkan musuh, Ehem……….. Ngeri juga ya!
Kalau yang satu ini beda dengan yang lain, Cristiano G, Anggrek ciptakan mobil pengantin, yang dihiasi dengan bunga- bunga yang Indah, Clyve Widjaya diciptakan mobil yang berfungsi sebagai Mobil transportasi, yaitu taksi Derlan menggambar mobil dengan bentuk klaslk, Cocok digunakan untuk keliling kota dan berlibur di akhir pekan, Atau bagi mereka yang Ingin bernostalgia. Dan Clarence, Dia tidak menyukai gambar mobil berjenis sedan soalnya kalau sedan itu sempit, katanya memberi alasan. Katanya memberi alasan. Lalu Samuel ciptakan mobil sederhana yang nyaman dikendarai. Bagaiman bagus-bagus kan? Kerja keras mereka untuk menuangkan ide kreatifitas patut dihargai seperti apapun hasilnya semua itu kita apresiasi sebogal karya yang luar biasa.(Sketsa Magenta28 April 2006)

MEMAHAMI GAMBAR ANAK

Sebut saja Dani, anak berusia 4 tahun ini lagi sibuk menggambar. Coretan demi coretan hadir spontan. Kecemasan mamanya muncul ketika ia tak kunjung dapat menggambar seperti yang diharapkan. Dari ilustrasi di atas, bisa jadi disebabkan ketidakpahaman orang tua terhadap tahap perkembangan gambar anak. Lowefeld membagi tahap perkembangan gambar anak menurut umur.
1. Periode coreng moreng (2 - 4 tahun), aktifitas motorik yang terwujud dalam goresan tebal tipis dengan arah yang belum terkendali dan warna tidak begitu penting. Ada tiga tahap coreng moreng; pertama coreng tak beraturan, bentuk sembarang, mencoreng tanpa melihat kertas belum dapat membuat lingkaran dan bersemangat. Kedua corengan terkendali, menemukan kendali visual terhadap coretan yang dibuatnya. Terdapat perkembangan koordinasi antara perkembangan visual dan motorik serta bersemangat, ketiga coretan bernama, bentuk semakin bervariasi mulai memberi nama pada hasil coretan, membutuhkan waktu banyak dan warna mulai diperhatikan.
2. Periode pra bagan (4-7), anak mulai menggambar bentuk -bentuk yang berhubungan dengan dunia sekitarnya. Pada mulanya bentuk sulit untuk dikenali, semakin lama bisa dikenali, misalnya manusia, rumah dan pohon, perhatian lebih tertuju pada hubungan antara gambar dengan obyek dari pada warna dan obyek. Obyek yang digambar tidak ada hubungan dengan obyek yang lain.
3. Periode bagan (7-9 tahun); anak mulai menggambar obyek yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Konsep ruang mulai nampak dengan adanya pengaturan atau hubungan antara obyek dan ruang. Adanya garis dasar tempat obyek dan benda berdiri. Menggambar oyek tegak lurus pada garis dasar meskipun obyek nampak terbalik. Muncul gejala sinar X atau tembus pandang.
4. Periode awal realisme (9-12 tahun), anak mulai memperhatikan detail, hilangnya foldingover/benda tegak lurus pada garis dasar dan hilangnya sinar X. mulai membedakan karakter laki-laki dan perempuan. Karakter warna mulai diperhatikan, tapi belum bisa menampilkan gelap terang.
5. Periode naturalistic semu (12 sampai 14 tahun), anak menggambar bukan apa yang diketahui tetapi apa yang dilihat. Sadar secara kritik terhadap kesadaran gambarya, mulai munculkesan ruang.
6. Periode pengambilan keputusan 14 sampai 17 tahun), anak bersifat kritis terhadap diri sendiri, introspektif, idealistic dan memikirkan hubungan dirinya dengan masyarakat. Dengan mengetahui periodesasi tersebut semoga dapat memahami bagaimana menggambar.

BILA KREATIFITAS ANAK TIDAK MENJADI PILIHAN


Seorang teman guru tiba-tiba tidak PeDe untuk membacakan pengumuman lomba gambar dan mewarna dalam open house di SD dan TK Khadijah Pandegiling. Dia teringat pada seorang yang mendaftarkan anaknya ikut lomba mewarnai. Katanya, orang tua tadi berharap sekali anaknya menjadi pemenang, tentu dengan bahasa yang cukup bikin keder bagi yang tak pernah mengalaminya. Termasuk teman saya tadi. Lalu dia juga menanyakan tetek bengek yang berhubungan dengan lomba.Bagi saya hal semacam itu bukan kali pertama dialami. Ada banyak peristiwa yang tentu beragam masalah dihadapi. Ada yang mau memahami keputusan juri, untuk lomba di open house beberpa waktu yang lalu keputusan juri dapat diterima meski ada yang merasa kecewa atas kekalahan anaknya. Menang kalah itu biasa, harus dihadapi lebih bijak, sebab juri punya kriteria sendiri dalam penjurian. Ide, kreatifitas, karakter goresan, estetika dapat muncul bukan karena kualitas krayon atau pastel saja namun lebih pada kemampuan anak dalam menggunakannya. Orang tua lupa kalau menggambar bila keindahannya tak melulu dilogikan saja. Keindahan bisa ada karena kejujuran karya, mewarna tak ratapun dapat kelihata indah bila unsur garis, warna, bidang mungkin juga tekstur mewakili nilai keindahan. Pada kesempatan lain ada juga orang tua peserta yang menghubungi lewat telpon protes karena anaknya juara harapan saja sambil menggerutu tidak puas.
Dan saya pernah dapat cerita dari orang tua siswa, pada sebuah lomba yang diadakan disebuah FO di Sidoarjo. Ketika panitia mengumumkan lomba ternyata ada orang tua peserta yang tidak terima dengan keputusan juri, orang itu protes atas keputusan juri, dia ngomong ngotot dan keras sampai menjadi pusat perhatian, mengapa gambar anaknya yang bagus dan juara sudah ratusan kali bisa kalah. Kertas hasil lombapun dia mau minta kembali. Sungguh kejadian ini sudah keluar dari niat baik diadakan lomba untuk menumbuhkan kreatifitas anak.
Memang harus dipahami beragam peserta dengan beragam ambisi dari orang tua. Yang lebih parah ketika anak setiap melakukan gambar atau mewarnai selalu menoleh ke arah orang tua untuk melaksanakan istruksi darinya mewarna apa selanjutnya. Belum lagi ketika si anak keliru menjalankan instruksi dari orang tua, si anak jadi bahan amarah orang tua. Kita semua pasti pernah menjumpai hal seperti ini. Ambisi yang berlebihan dari orang tua menjadikan pendidikan seni lukis anak berjalan “tidak sehat”. Lebih parah lagi ketika lomba sang guru gambar juga memaksa muridnya memberikan instruksi saat anak didiknya mengikuti lomba. Anak sekedar menjadi alat saja tanpa dapat berekspresi dan menyalurkan ide-ide kreatifnya. Anak akan mewarna atau menggambar dalam tekanan. Dan ini menghambat proses kreatif dari sang anak. Sebenarnya kegiatan menggambar ini besar hubungannya dengan bakat seseorang, apabila memiliki bakat yang cukup akan berkembang bakat itu dengan bimbingan guru atau orang tuanya. Bakat yang tak terlalu besar juga bisa berkembang dengan latihan yang terus menerus dari anak. Lalu kalau tidak ada bakat? Yang kita harapkan anak menjadi lebih kreatif dapat merubah dari tidak bisa menjadi bisa menggambar. Bagi anak yang berbakat orang tua tidak perlu khawatir sebab anak akan berkembang dengan baik bila kita mengarahkannya dengan benar. Dan lomba bukan faktor utama bagi perkembangan mereka. Sebab lomba bukan jaminan selalu memberikan anak untuk menjadi kreatif. Lomba memberikan kriteria tertentu. Semoga kreatifitas menjadi pilihan utama bagi orang tua pada kesempatan yang lain.

MENGASAH DENGAN SKETSA
Unsur garis merupakan unsur utama dalam penciptaan sketsa, kekuatan garis menjadi sebuah nilai estetis dan kreatif. Pengertian sketsa sendiri adalah suatu denah atau rancangan gambar atau gambar yang dapat berdiri sendiri menjadi sebuah karya seni murni yang utuh yang dapat disejajarkan dengan karya lukis yang penuh warna. Hitam putih atau warna merupakan karya seni yang mewakili ekspresi dan kreativitas dari individu.
Bila mengamati proses pedidikan seni rupa yang berlangsung di lembaga pendidikan, sketsa menjadi sebuah dasar dalam menggambar. Sketsa melatih spontanitas, kepekaan menangkap obyek, kelenturan goresan akan terus terasah dengan sketsa sesuai dengan gaya pribadi masing-masing individu.
Tidak terkecuali pada anak-anak, sering dijumpai anak-anak yang memiliki kemampuan dalam menciptakan gambar (sketsa) dengan ide-ide yang luar biasa dan mereka mewarnai dengan caranya sendiri, karyanya dinamis, goresan menyiratkan nilai seni yang mungkin terabaikan oleh banyak orang karena tidak mengesankan karya yang rapi dan teratur. Seringkali mereka terpinggirkan dalam kancah perlombaan yang menginginkan keteraturan bentuk dan warna. Sehingga perlombaan sering melahirkan karya yang seragam, tidak menyiratkan karya anak-anak yang jujur.
Dengan kemampuan yang sesuai dengan usianya ketika anak lagi asik membuat sketsa seringkali orang tua mencari pembenaran sendiri tentang hasil karya anak. Yang tidak anatomislah, gambarnya tidak masuk akallah, padahal dari kesederhanaan bentuk itu, kreativitas terus berjalan pada sebuah cerita yang akan selalu memperolehnya selalu memperolehnya dari apa yang ada di sekitarnya. Lingkungan rumah, televisi, apa yang pernah dijumpai, tokoh idola atau kemungkinan-kemungkinan yang lain yang terkadang muncul begitu saja. Kesenangan pada sebuah tema (misalnya ultraman) akan melahirkan banyak karya dan sudah pasti dapat melatihnya untuk semakin mahir membuat atau menggambar.
Jangan pernah bosan untuk menggambar sketsa, galilah terus potensi yang ada pada anak kita, beri kesempatan untuk terus berkarya sehingga menjadi pribadi yang mandiri, memili karakter dan kreatif dalam hidup. Sebab hidup ini adalah milik orang yang kreatif dalam menghadapi segala persoalan.

SELAMAT CICHA


Siang itu Papanya Florentina Tamariska Wijaya (12 tahun) menerima telepon dari staf kementerian Perumahan Rakyat. Ternyata sebuah kabar yang sangat membanggakan, florentina yang biasa dipanggil Chicha menjadi juara nominasi 4 lomba lukis hari habitat Dunia 2007 dengan tema “rumah dan lingkungan impianku” yang diadakan kementerian Perumahan Rakyat Indonesia. Dan dia harus berangkat ke Jakarta untuk menerima penghargaan dari bapak Menteri Yusuf Asy'ari. Segala akomodasi ditanggung oleh pihak kementerian. Dia menjadi satu-satunya pemenang dari Surabaya. Sebuah medali dan uang tunai berhasil diraihnya. Hebat ya! Pada kesempatan yang lain mungkin gilirannya kalian yang mendapatkan prestasi itu! Selamat buat Chicha atas prestasinya, saat ini dia sekolah di SDK ST. Carolus kelas 6.
Chicha berhasil Menjadi 24 terbaik dari ketegori TK, SD dan SMP, menyisihkan 2524 karya lukis yang masuk ke meja panitia. Seleksi yang sangat ketat dari dewan juri dan melalui beberapa tahap. Dewan juri memilih pemenang berdasarkan karakter bagaimana anak menggambar. Berikut potongan berita yang kami ambil dari keputusan dewan juri dari wibsite resmi kementerian Perumahan Rakyat. Berbeda dengan lomba lukis yang sering diadakan oleh kelompok tertentu di lingkungan perumahan atau di pusat perbelanjaan tingkat lokal, dimana peserta langsung praktek melukis di tempat penyelenggaraan. Lomba Lukis Anak dan Remaja bersifat nasional, dimana karya lukis dikirimkan via pos. Karena itu penjurian lebih fokus pada kreativitas anak dalam menuangkan imajinasinya, teknik-teknik yang digunakan serta komposisi warna. Komposisi warna yang dimaksud ialah melukis dengan bebas dan tidak ikut-ikutan atau latah seperti layaknya lomba mewarnai gambar dengan menggoreskan warna-warni cemerlang yang saat ini sedang membanjiri dunia seni rupa anak-anak kita, terutama perlombaan di kota-kota besar..Selain itu ada hal yang paling mendasar dalam penentukan penilaian sebuah karya seni yakni Kejujuran. Dalam kaitan ini Kejujuran melukis adalah bersifat sportif dalam penciptaan sebuah karya yakni lukisan asli hasil karya yang dibuat oleh peserta sendiri tanpa coretan pihak lain atau campur tangan orang tua maupun pembimbing. Memilih karya yang asli dan yang direkayasa memang tidak mudah,namun salah satu upaya menilai hasil karya yang otentik dapat dilihat dari konsistensi goresan tangan peserta pada tingkat usia dan juga tercermin dari hasil akhir kesempurnaan sebuah karya. Itulah sebabnya penilaian lomba lukis kali ini selain menitikberatkan pada kreativitas dan komposisi warna, juga menilai kemurnian hasil karya.
Dari potongan berita diatas, jelas bahwa anak-anak memiliki dunia tersendiri, kejujuran yang seharusnya menjadi harta yang tak ternilai kadang harus direnggut oleh ambisi sesaat. Saat mereka Dipaksa mewarna dan menggambar bukan semata-mata atas dasar kejujuran anak. KadangKala Orang tua, pembimbing terlalu masuk jauh ke wilayah mereka sehingga pada akhirnya Anak-anak tidak memiliki kreatifitas yang apa adanya, polos, goresan yang unik dan yang pasti imajinatif.

Penyeragaman warna dan bentuk menyebabkan genre seni lukis anak menjadi terkikis.

Selama perjalanan di jakarta chicha punya catatan tersendiri. Berikut catatannya:
08.00: Berangkat dari stasiun Gubeng menggunakan kereta Ekskutif menuju Jakarta. Selama perjalanan keretanya taksi aku menuju penginapan yang disediakan panitia yaitu di PKBI.
10.00: Selama di penginapan santai-santai saja. Bertemu dengan juara-juara dari daerah-daerah lain. Senang banget.
12.30: Makan siang menyantap nasi Padang di sekitar penginapan.
13.00: Istirahat bobok siang.
18.30: Setelah malam seluruh juara sejumlah 24 orang ditemani orang tua atau yang mewakili, namun minus 1 orang dari Bali karena ada sesuatu hal nggak bisa datang ke Jakarta. Aku sendiri ditemani nenekku soalnya orang tuaku ada keperluan lain.
20.30: Sambil nonton TV sebentar kemudian aku terlelap. Keesokannya...
07.00: Aku bergegas mandi pagi,menyiapkan diri untuk menuju gedung kementerian perumahan rakyat. Wah disitu nanti aku akan bertemu secara langsung dengan BapakYusuf Asy'ari Sebagai Menteri Perumahan Rakyat.
08.00. Dijemput bis mini dari panitia bisnya memang kecil jadi kami harus mepet-mepet. Tapi bisnya enak bersih dan berAC. Kamipun menuju ke lokasi.
09.15: Kami sampai di sebuah gedung berlantai 6. Ya, gedung Kementerian Perumahan Rakyat. Acaranya sendiri nanti berlangsung di lantai 3.
09.30: Sesampai di lobby, ternyata sebagian karya peserta lomba di pamerkan di sana. Bagus-bagus lho! Karya lukisku juga Aku melukis bersama sebagai pembuktian kalau lukisan kami benar-benar lukisan kami sendiri.
10.00: Naik ke lantai 3 karena acara penyerahan hadiah yang dihadiri Menteri Perumahan Rakyat Bapak Yusuf Asy'ari akan dimulai. Acara berlangsung santai.
10.25: Senang banget karena namaku dipanggil untuk menerima penghargaan.
10.45: Menandai acara pameran Bapak menteri membuat goresan pada sebuah kanvas, disusul oleh yang lainnya.
11.00: Menikmati indahya karya lukis dari para peserta secara resmi.
12.05: Tiba saatnya makan siang. Bersama yang lain aku menikmati hidangan yang disediakan panitia.
12.45: Acara selesai aku kembali ke penginapan.
13.00: Sambil menunggu kereta berangkat sore hari ke Surabaya. Akhirnya jatuh pilihan untuk menghabiskan waktu pergi ke Monas.
17.00: Stasiun Gambir, aku dan nenek menuju Surabaya. Selamat tinggal Jakarta!

GORESAN TEGAS WINSTON



Juara 3 lomba gambar “Berani Kotor itu Baik di Alfamart”

Yuk …. Kenalan dengan teman kita yang kecil tapi hebat. Dia punya nama C. Winston Setia Putra. Beberapa waktu yang lalu, penggemar nasi padang dan nasi bebek ini berhasil meraih juara 3 dalam lomba menggambar yang diadakan oleh Alfamart yang bekerjasama dengan Rinso. Lomba ini diadakan di cabang alfamart di seluruh Indonesia, ini merupakan prestasi yang membanggakan. Dari sekian banyak peserta, ternyata kesempatan untuk meraih juara dimiliki oleh Winston. Keyboard sebagai hadiah dari prestasinya, cukup membahagiakannya.
Saat ini Winston sekolah di St. Clara Surabaya. Dia baru naik kelas 5. Kalau ditanya hobi, dia punya hobi mancing dan yang pasti menggambar.
Kali ini Sketsa-sketsa Winston hadir menemani kalian. Goresan yang tegas dan kepekaannya dalam menangkap obyek dapat menghadirkan gambar yang bagus. Ketika iklan Ekstrajoss yang dibintangi C. Ronaldo dengan background Bali dan tari kecaknya diputar terus menerus di televisi. Momen tari kecak itulah memberinya inspirasi untuk di ungkapkan dalam bentuk gambar melalui pengamatan
nya.
Lalu ketika dunia hiburan sedang dilanda Superman Mania, diekspresikannya dalam bentuk gambar dengan tanpa mencontoh, kepekaan dalam menangkap obyek merupakan kelebihan tersendiri. Semoga Winston terus menjaga dan mengembangkan kemampuannya. Kelebihan tidak ada gunanya bila tidak diasah terus-menerus. Selamat Wins!

ROBOTKU YANG HEBAT

Biasanya tak ada yang aneh bila anak laki-laki menggambar robot, menjadi menarik bila robot itu punya spesialisasi tugas. Clyve Widjaya ciptakan beberapa robot lengkap dengan namanya. Ada Magna Difender, Spelogoji Dinfondis, Nyoa Firdaus dan Tano Difender.
Kata dia robotnya itu berfungsi untuk meringankan tugas manusia, Clyve yang saat ini sekolah di Cita Hati kelas 3, merancang gambar Magna Difender untuk menyuap bayi, Nyoa untuk berperang, Tano bisa membantu orang keramas, baik di salon maupun di rumah. Istimewanya 1 Tano bisa keramasi 10 orang. Wow! Ide gambar robot diperolehnya dari lego(mainan yang dapat dirakit sesuai keinginan). Menarik juga pengalaman Clyve ya! Ada yang punya ide lain?

PESONA SKETSA DEDY





Teman kita yang satu ini kalau menggambar nggak pernah takut salah, selalu menggambar yang menarik menurutnya. Pengen tahun lebih dalam siapa dia? Ayo kenalan dengan teman kita yang satu ini.
Nama lengkapnya Dedy Maulana, sekolahnya di TK Islamic Centre ini punya kesukaan bermain mobil-mobilan. Mulai dari mobil jenis sedan sampai trailer. Dan ternyata apabila Dedy menggambar sering sekali mobil-mobil tersebut menjadi obyek dalam menggambar. Selain itu Dedy juga sering menggambar gedung dan menara TVRI. Ini karena Dedy tinggal di tengah kota, setiap hari menjumpai. Kadangkala Dedy menggambar menurut khayalannya, seperti dalam gambarnya yang berjudul peta, Dedy
menggambar peta sesuai dengan kemampuannya. Maka jadilah sebuah peta yang unik. Peta gaya Dedy.
Dedy tidak mengenal menyerah dalam menggambar. Dia selalu berusaha menggambar dengan sebaik-baiknya. Dengan begitu keterampilannya dalam menggambar terus terlatih. Hoby menggambar membuat gambar Dedy puya kekuatan artistik yang cukup bagus. Goresannya mantap, idenya unik serta komposisinya apa adanya namun terasa indah. Tapi Dedy harus juga latihan mewarna supa mewarnainya lebih bagus lagi,oke Ded?

JUJUR DAN INDAH


Atas dasar seringnya lomba yang sekedar mewarna tergerak untuk mengadakan lomba sketsa. Dengan satu tujuan agar anak dapat lebih berkreasi, bereksploitasi menunjukkan karakter pribadi dalam hal menggambar. Menggambar bukan cuma mewarna, menggambar menjadi lebih penting sebab pada usia yang terus berjalan tak mungkin anak-anak hanya dapat mewarnai saja. Saat mereka TK perlombaan yang sering ada mewarna, sementara kemampuan menggambar menjadi terlupakan. Sampai pada akhirnya mereka hanya melakukan pengulangan secara terus menerus yang berdampak kreatifitas menjadi kurang berkembang.


Tak mudah memang mengadakan lomba dengan cara mengirim gambar, dikhawatirkan ada bantuan, baik dari guru maupun orang tua. Namun bagi juri tentu punya kriteria tersendiri sehingga dalam penentuan pemenang tidak salah pilih. Selain tema yang menjadi penilaian, Karya yang jujur dan punya nilai estetika Keindahan secara seni rupa anak menjadi pilihan. Jujur dan indah. Kejujuran dalam goresan, Kejujuran dalam bentuk yang kadang tidak proporsional bahkan tidak masuk akal.
Kadang gambar yang demikian dari kacamata umum dipandang dengan penilaian yang keliru. Sebab selama ini yang ada dalam pemikiran mereka sesuatu yang proposional dan masuk akal. Sementara anak-anak anak belum berfikir sampai seperti itu. Cerita dari sebuah gambar buat anak sering lebih menonjol dari urusan anatomi, proporsi dan tehnik mewarna. Khayalan yang meledak-ledak mengalahkan itu semua. Kemudian muncullah
Karya yang dapat mewakili kekanakan mereka, jujur, unik, indah dan yang harus tidak boleh dilewatkan mereka bahagia dalam menggambar.

Selera
Seorang juri tak seharusnya menilai sebuah karya berdasarkan seleranya. Harus bersikap dan berpatokan pada pendidikan seni rupa Seni rupa anak. Selera adalah urusan pribadi. Semoga saja lomba ini jauh dari nilai selera, jauh dari rasa suka tidak suka, tetapi lebih melihat karya utuh sebagai karya yang memang memiliki gaya kekanakan dan indah.

DARI MANA IDE MENGGAMBAR?

Kadangkala anak sulit untuk mencari ide menggambar. Mau gambar apa ya? Pertanyaan semacam itu kerap muncul ketika anak akan memulai menggambar. Namun kami mencoba berikan beberapa cara mencari ide sehingga kendala itu bisa diatasi, seperti apakah?
1.Khayalan, dengan cara mengkhayal ini anak bisa menggambar apa saja tentang khayalannya karya menjadi kaya imajinasi tanpa batas dan kadangkala tidak masuk akal.


2. Pengalaman, kejadian yang menarik bagi anak tentuberkesan di hati. Bisa berekreasi di suatu tempat, kejadian di rumah, bermain, kejadian waktu pulang sekolah, dan masih banyak pengalaman-pengalaman yang lain yang menjadi sumber inspirasi dalam menggambar
3.Tokoh, tokoh berawal dari rumah, anggota keluarga, kemudian tokoh kartun atau film kesukaan, atau tokoh apa saja,juga menjadi sumber ide dalam menggambar.
4.mencontoh gambar, menjadi salah satu cara bagi anak untuk mengatasi kesulitan dalam menumbuhkan ide dalam menggambar. Alangkah lebih baik apabila anak dapat menambahkan gambar yang lain. Ini dapat memperkaya daya kreativitasnya.
5.Melihat obyek langsung. Merupakan cara yang paling ideal sebab anak dapat melhat bentuk obyek secara nyata dan langsung berinteraksi dengan lingkungan. Dari hasil gambar kadangkala mendapatkan karya gambar yang unik, tidak proporsional, itulah keindahan karya anak.
Demikian sedikit cara untuk memudahkan anak mencari ide menggambar. Ide menggambar bisa digali dari mana saja, jadi sekarang tidak perlu bingung lagi bila mau menggambar. Selamat berkreasi!

KOMIK ATAU KARTUN? YA, BOLEH JUGA TUH...

Tak ada batasan bagi anak untuk mengekspresikan segala isi hatinya, apapun bisa dijadikan bahasa jiwa yang penuh dengan cerita-cerita yang unik, lucu dan menggambarkan suasana hati saat itu. Kali ini mereka mencoba menuangkan ide-idenya dengan goresan yang mantap dan percaya diri. Tokoh komik atau kartun menjadi bagian dari keseharian mereka. Tak bisa dipungkiri akhirnya Doraemon, Dora, Spongebob, Barbe, Putri Duyung, dan banyak lagi tokoh yang dapat mereka jumpai di berbagai media menjadi obyeknya.
Ketika Jouves Maya, Annisa, dan Nadja gambar tokoh komik kesukannya, bahagia sekali mereka menuangkan segalanya tentang tokoh kesukaannya. Dengan asiknya mereka menggambar tokoh itu. Bagi mereka yang paling utama dalam menggambar bukanlah kemiripan dengan tokoh favorit semata tetapi lebih dari itu, lebih mengarah pada bagaimana mereka mengungkapkan isi hati (gambar bersifat naratif) daripada sekedar memikirkan proporsi belaka.
Di usia seperti merekacorak gambar memang demikian adanya. Namun seringkali orang tua menganggap gambar yang tidak sesuai dengan bentuk aslinya (mirip), dianggapnya jelek. Begitu juga tentang warna, kadangkala anak-anak mewarnai gambar tidak ada hubungannya dengan realita, melainkan sesuka hatinya.Tapi jangan lupa kita kenalkan warna obyek yang sebenarnya.
Ketika usia beranjak, kecermatan terhadap oyek makin meningkat, seperti karya Clemenia, Florencia, Febiola, dan Clyve. Semetara itu Oktaviasari yang sudah duduk di bangku SMP dengan intelegensinya yang makin berkembang. Ada pendekatan realistik dalam menggambar.
Tokoh komik/kartun hanya sebuah sarana untuk mengantar mereka dalam berkarya, menikmati fantasi, mengasah otak kanan, memupuk bakat, atau lainnya, yang membuat mereka merasa bahagia dalam menggambar.

ASIK AKU LIBUR


Masa liburan tentu masa yang paling ditunggu oleh kalian. Setelah sekian waktu harus sibuk dengan tugas belajar di sekolah, kini tiba saatnya saat-saat yang menyenangkan. Ada banyak cara yang dilakukan oleh anak-anak untuk menghabiskan waktu liburan.
Ada yang hanya menghabiskan waktu di rumah dengan membaca komik, nonton video atau televisi, atau les yang dianggap perlu, kadang ada yang berlibur ke luar kota. Bisa ke Malang, Bali, Jakarta atau tempat terindah lainnya di nusantara. Bahkan ada yang berlibur ke luar negeri.
Menikmati tembok Cina yang gagah kokoh berdiri, atau asik menikmati bersihnya kota Singapura. Mungkin juga kota-kota lain di dunia yang keindahanya menakjubkan. Ada banyak cara mengabadikan keindahan suatu tempat. Bisa lewat kamera atau video. Tentu yang mungkin belum kalian lakukan adalah mengabadikan lewat goresan atau gambar sketsa. Sambil melihat pemandangan dapat kalian coba menggambar pada selembar kertas dengan sebuah spidol. Selamat berlibur dan menggambar.

ANTARA GEMPA, GUNUNG MERAPI DAN PIALA DUNIA

Dinamika kehidupan terus bergerak, waktu demi waktu berlalu. Begitu pun dengan peristiwa, kadang membahagiakan kadang menyedihkan.
Masih belum hilang dalam ingatan gempa yang telah menggoncang dan mengusik ketenangan pagi orang-orang di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah, korban berjatuhan mencapai 6000-an manusia. Dunia berduka!
Lalu gunung merapi masih saja berstatus “awas merapi”. Awan panas, lava pijar terus menghantui penduduk di sekitarnya. Petanipun gagal panen. Penduduk harus mengungsi meninggalkan rumah dan isinya.
Kegetiran hidup yang mereka alami, meski dengan hati yang sedih
Florentina ciptakan sketsa tentang pengungsi gunung Merapi. Ekspresikan kejadian yang ada, menuntun anak kita untuk lebih peka terhadap lingkungan, tentangnya pahitnya hidup. Dan diharapkan mereka menjadi anak yang peduli,suka membantu sesama. Pada sisi kehidupan yang lain, hiruk pikuk sepak bola piala dunia 2006 Jerman, sedikit menghibur para pengungsi. Lupakan duka yang dalam.
Namun beda buat Oktaviasari, momen piala dunia menggugah imajinasinya untuk mengabadikan bintang-bintang piala dunia dalam sketsanya. Ada Drespo, Nedved, Rooney, Dragba, Messi dan masih banyak lainnya. Lalu Clarence lebih suka menggambar anak-anak yang lagi bermain sepak bola.
Demam piala dunia, mampu menggugah siapapun untuk mengekspresikannya dengan cara yang berbeda-beda. Diantaranya dengan bahasa gambar. Lalu untuk menambah keindahan gambar perlu keberanian anak-anak dalam menggoreskan alat gambar, yakni apa yang digambar yang terbaik baginya, jangan takut salah, sering menggambar dan sering melihat gambar atau obyek nyata. Selamat menggambar, selalu ceria hingga mampu mengungkapkan isi hati.

MENGGAMBAR DENGAN BERBAGAI MEDIA

Saat ini pada jenjang kelompok bermain, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar banyak yang menggunakan pastel (krayon) sebagai media untuk menggambar. Alasannya mungkin lebih mudah digunakan, namun demikian nilai praktis menjadikan anak jenuh pada media itu. Mengenalkan berbagai alat menggambar pasti akan menyegarkan gairahnya untuk menggambar. Beragam bentuk seni rupa yang lain tentu akan membuat anak lebih tertarik lagi mengekspresikan isi hatinya.
Suatu ketika saat saya mengajar di sebuah TK, anak-anak saya ajak menggambar dengan menggunakan cat air dicampur dengan pastel (krayon). Ternyata responnya seperti yang saya duga Mereka sangat girang, sepanjang waktu ada semangat yang timbul. Goresan mantap, meski ada juga yang sesuka hati, mengalir begitu saja. Anak yang biasanya cuek dalam menggambar menjadi “sibuk” sepanjang waktu gambar. Media baru telah memberi penyegaran dalam berekspresi. Dari sekelumit contoh di atas, menyiratkan bahwa kekayaan dalam menggunakan beragam media
Akan mampu memberikan dorongan dalam berkreasi. Selain cat air ada banyak media yang dapat digunakan, pensil, pensil warna dan spidol. Media kertas bisa dikembangkan lagi dengan menggambar pada topi petani, kendi atau gerabah yang lainnya, bahkan kemungkinan yang lain yang menarik buat anak-anak. Dari unsur seni rupa yang lain juga bisa dijadikan alternatif dalam berkarya. Misalnya membuat patung, cetak-mencetak atau bisa juga menciptakan topeng kertas. Sebenarnya penggunaan pastel beberapa tahun terakhir ini dipengaruhi oleh kegiatan lomba yang kebanyakan memakai pastel sebagai media mewarnai. Eksploitasi tehnik (cara mewarnai) yang terus digali oleh sang guru bukan oleh si anak seakan-akan memberikan pandangan keindahan yang lebih sempit.
Bagi anak-anak yang tidak punya tujuan untuk lomba sebaiknya lebih menggali berbagai macam seni rupa. Tentu ini lebih memperkaya daya kreasi yang dapat dicari sendiri lewat imajinasi yang luar biasa, yang pasti dengan bimbingan guru.memahami kemampuan dan kemauan anak.
1.Bakat, menggambar memang sebuah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan bakat, sebab bakat berperan dalam pengembangan kreativitasnya. Namun demikian bagi yang mempunyai bakat yang biasa-biasa saja tidak usah berkecil hati, ketekunan dan kemauan untuk terus belajar akan memberikan kemampuan yang lebih baik. di samping itu menggambar merupakan kegiatan untuk mengasah motorik agar lebih halus serta mempertajam imajinasi agar lebih kreatif dalam hidup.
2.Kondisi anak, proses belajar bisa berjalan dengan baik bila anak dapat mengikuti materi menggambar dengan baik. memahami kemampuan dan kemauan anak.
1.Bakat, menggambar memang sebuah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan bakat, sebab bakat berperan dalam pengembangan kreativitasnya. Namun demikian bagi yang mempunyai bakat yang biasa-biasa saja tidak usah berkecil hati, ketekunan dan kemauan untuk terus belajar akan memberikan kemampuan yang lebih baik. di samping itu menggambar merupakan kegiatan untuk mengasah motorik agar lebih halus serta mempertajam imajinasi agar lebih kreatif dalam hidup.
2.Kondisi anak, proses belajar bisa berjalan dengan baik bila anak dapat mengikuti materi menggambar dengan baik.Dengan kondisi yang kondusif tentu guru dapat mentransfer materinya dengan optimal. Kondisi jadi berbeda jika anak banyak ngomong, maunya sendiri, sering bertingkah di luar kegiatan menggambar, tentu target yang diharapkan tidak dapat terpenuhi.
3.Orang tua, anak memang harapan orang tua, namun ketika orang tua terlalu menuntut yang lebih padahal kemauan sang anak tidak seperti yang diharapkan, maka situasi yang seperti ini tentu menghambat proses belajar yang diharapkan. Sesungguhnya, dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru. Orang tua mengetahui kondisi anak dan guru dapat mengarahkan anak. Sebab tanpa kerjasama proses pengajaran yang ideal tidak dapat tercapai. Dengan kondisi yang kondusif tentu guru dapat mentransfer materinya dengan optimal. Kondisi jadi berbeda jika anak banyak ngomong, maunya sendiri, sering bertingkah di luar kegiatan menggambar, tentu target yang diharapkan tidak dapat terpenuhi.
3.Orang tua, anak memang harapan orang tua, namun ketika orang tua terlalu menuntut yang lebih padahal kemauan sang anak tidak seperti yang diharapkan, maka situasi yang seperti ini tentu menghambat proses belajar yang diharapkan. Sesungguhnya, dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru. Orang tua mengetahui kondisi anak dan guru dapat mengarahkan anak. Sebab tanpa kerjasama proses pengajaran yang ideal tidak dapat tercapai.

GAMBAR JELEK GITU KOK MENANG

Rasanya masih saja menarik mengikuti perkembangan lomba mewarna dan menggambar yang hampir tiap miggu mewarai kota ini. Suasana lomba yang seharusnya berlangsung tenang sebab anak-anak penerus bangsa asik berkreativitas, malah orang tua begitu sibuknya mengawasi sang anak serta menuntun kegiatan anak dari jauh. Suasana pun bagi sebagian anak dan orang tua menjadi tegang. Konflik muncul ketika dalam penentuan warna, keinginan antara keduanya kadang tak sejalan. Orang tua sangat mendekte kegiatan anak. Anak tak dapat menjadi diriya sendiri. Orang tua mulai ngomel ketika anak tidak mau nurut keinginannya. Peristiwa seperti itu kerap dijumpai saat lomba berlangsung di depan banyak orang.
Perhatian orang tua pun tertuju pada mereka, ada yang menggeleng-geleng kepala, ada yang sekedar bisik-bisik dengan orang yang ada di sebelahnya. Dalam perjalanan waktu, sang ibu menjadi puas dengan hasil gambar si buah hati. Senyuman meluncur dari bibir tipisnya. Dia pun merasa apa yang dihasilkan oleh sang anak yang terbaik, dari cara mewarnanya banyak gradasi warna, ada juga penambahan media tertentu hingga gambarnya lebih kelihatan indah dari peserta gambar yang lain. Dalam pikirannya, dia yakin sang anak akan membawa piala sebagai simbul kemenangan atas prestasinya.
Namun apa yang diharapkan ibu tadi semuanya meleset. Sang anak tidak juara. Dia pun protes sambil memaki-maki juri dan panitia. Seolah-olah pendapatnya yang paling benar.
“masak gambar jelek kayak gitu menang!” protesnya dengan suara lantang. Sementara sang anak sendiri tenang-tenang saja. Sadar atau tidak sang ibu tadi sudah pahamkah tentang gambar anak? Apakah keindahan itu yang kasat mata sajakah? Memperluas wawasan menjadi wajib hukumnya. Kreativitas, garis, warna, bentuk, estetika adalah nilai seni yang hanya dapat dilihat dan dirasakan oleh orang yang telah paham dan mau memahami semua aspek seni itu.
Insiden kecil yang kadang terjadi di even lomba seyogyanya dapat diantisipasi, sosok guru yang dekat dengan orang tua diharapkan memberikan pengertian yang benar sehingga kejadian semacam itu dapat dihindarkan.

LOMBA GAMBAR DAN MEWARNA SUDAH IDEALKAH?

Keberadaan lomba yang tiap hari minggu hadir di kota metropolis ini seakan memberi makna anak kota ini yang kreatif, penuh fantasi, benarkah demikian? Lalu apakah karya sang pemenang sudah seperti yang diharapkan? Sejauh mana peran orang tua dan pembimbing dalam proses kreatif mereka? Sebenarnya bagaimanakah penilaian yang ideal dalam sebuah lomba?
Maraknya perlombaan gambar dan mewarnai yang hadir tiap minggu ternyata tidak serta merta menceriminkan nilai kreativitas dari sang anak. Sebab dari waktu ke waktu, sang juara cenderung mewarnai dengan cara yang seragam, gradasi! Salahkah? Tentu tidak sepenuhnya demikian, kesalahannya terletak pada sikap yang terlalu mengagungkan teknik tersebut sehingga menyebabkan miskinnya teknik dari gambar itu.
Dari segi bentuk juga demikian, karakter anak tidak sepenuhnya dapat mewakili dirinya, sebab lomba telah menyeret anak untuk menggambar instant, keseragaman menjadi sesuatu yang tak terelakkan.
Lahirnya teknik dan bentuk yang demikian sebenarnya tidak akan terjadi bila orang tua dan pembimbing lebih menggali potensi yang dimiliki anak. Sebab setiap anak memiliki karakter. Namun dalam kenyataannya anak sering menjadi robot orang tuanya, yang hanya memuaskan hatinya, menjadi kebanggaan semu.
Langkah bijaksana yang patut diambil orang tua, seyogyanya orang tua jangan memaksakan kehendak, lebih proporsional dalam melihat anak, mereka harus tumbuh wajar. Menggambar dan mewarnai bukan satu-satunya jalan untuk membuat orang tua bangga, mungkin ada cara lain untuk itu. Menggambar adalah salah satu jalan untuk membentuk anak kreatif, berprestasi dalam bidang ini menjadi hak bagi mereka yang memang pantas menyandangnya.
Bagaimana juri lebih bijaksana menilai sebuah lomba? Parahnya di kota ini, penilaian lomba gambar dan mewarnai cenderung mendewakan cara mewarnai belaka sehingga unsur seni rupa yang lain menjadi terlupakan. Ditambah lagi bila sang juri bukan orang seni rupa atau malah orang seni rupa yang punya kepentingan. Langkah bijaksana tentu dengan lebih memperhatikan proses kreatif secara keseluruhan dari anak.
Seorang juri seyogyanya bersifat obyektif. Dalam artian berada dalam posisi seseorang yang mengerti seni lukis, melihat semua unsur seni lukis. Tak mudah memang menciptakan sebuah lomba dengan penilaian yang ideal, yang mampu menjawab permasalahan ini hanya orang seni rupa (guru seni rupa) itu sendiri.

PAMERAN ITU APA PAK?

Ketika rencana pameran lukisan saya sampaikan pada salah seorang siswa yang masih TK, Sheila namanya. Dia nampak bingung dengan istilah pameran, “pameran itu apa pak?” lalu saya jelaskan sedikit detail, kalau pemeran itu memajang lukisan dengan teman-teman yang lain di sebuah ruangan khusus untuk pameran. Bahkan nanti lukisan itu dilihat banyak orang.
Beberapa saat kemudian Sheila mengutarakan
keinginannya untuk ikut berperan, “Mau..mau…”, katanya. Diapun lebih bersemangat dalam menggambar.
Teryata pameran bagi anak-anak bukan hanya sekedar unjuk karya saja. Lebih dari itu pameran memberikan spirit berkarya baginya. Spirit yang berlipat, baik dalam hal Fisikoplastis maupun ideoplastisnya. Komposisi menjadi lebih kaya, idenya terkadang nakal dari biasanya.
Ini bisa terwujud bila anak-anak dilibatkan dalam pencarian ide, visualisasi, maupun proses mewarnai. Mereka dapat masuk dalam lukisan dan bahagia tanpa terbebani. Anak-anakpun dapat menikmati dan bercerita dengan yang digambarnya. Tentu ini akan membuat mereka bangga dengan hasil karyanya.
Bagi anak-anak yang pernah ikut pameran, suasana pameran 2 tahun lalu menjadi peristiwa yang dirindukan. Seperti (Chica), begitu senangnya ketika komunitas magenta akan mengadakan pameran lagi. Dia ingin tahu seperti apa lukisan teman-teman yang lain. “aku jadi penasaran”, katanya. Setali tiga uang dengan Cicha, Glenn yang punya cinta-cita jadi disainer mobil di Jerman ini, juga ingin segera menampilkan karya-karyanya.
Akhirnya saat yang ditunggu telah tiba. Pameranpun digelar. Semoga pameran menjadi tenaga untuk menumbuhkan semangat berkreasi, menambah wawasan, bercermin diri, juga sebagai tempat belajar. selamat berpameran ya!

DATAKU


Dilahirkan di Bangkalan Madura, 01 Oktober 1974, Riwayat pendidikan SDN Kemayoran 2 Bangkalan, SMPN 2 Bangkalan, SMAN 2 Bangkalan, sempat kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta tahun 1993 jurusan seni grafis, lalu di tahun 1994 kuliah di IKIP Negeri Surabaya (sekarang UNESA). Kegiatan dunia lukis anak-anak ditekuni mulai tahun 1998 semenjak lulus kuliah. Tahun berikutnya sempat bekerja di sebuah surat kabar Surabaya namun tak berlangsung lama. Lebih memilih pada pendidikan seni rupa anak. Ditahun 2002 bersama teman-teman mengadakan pameran lukis anak di gedung Museum Mpu tantular. Dari sinilah cikal bakal terbentuk Komunitas Magenta, Media Sketsa Magenta hanyalah sebuah media bulletin intern untuk menampung kreatifitas murid-murid yang kadang sulit tersalurkan di lembaga pendidikan formal. Bila pada akhirnya menjadi catatan yang disatukan dalam tumpukan kertas semoga dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Berkegiatan Mengajar Seni Rupa di beberapa sekolah diantaranya TK Islamic Centre Surabaya, TK Al-Amin PBI Surabaya, TK dan SD Khadijah Pandegiling Surabaya. Dan saat ini masih bermimpi membuat Pra sekolah yang yang memiliki kegiatan berkesenian dan keagamaan yang memiliki porsi yang dominan. Saat ini tinggal di Menganti Permai C4/46 Gresik.

catatan seni lukis anak 2008 © Blog Design 'Felicidade' por EMPORIUM DIGITAL 2008

Back to TOP